Bandung ohhh bandung
kali ini tak lain dan tak bukan, tempat wisata yang berada di daerah lembang dengan udara dan pemandangan menyejukan hati dan fikiran, lembang dikenal dengan suasana sejuk pegunungannya, begitupun tempat ini menawarkan sejuta kenikmatan bagi yang suka culiner, berjamur cafe atau restaurant.

kalau tempat yang saya akan ulas kali ini, tempat baru dan unik, bagi para pecinta art dan suasana pegunungan. yap yap yap ...

Namanya Dusun Bambu



Tempat ni baru buka blum lama, bahkan penginapannya pun blum beroperasi, kabarnya sih akhir Maret ini, penginapannya baru dibuka untuk umum. 
Tiket masuknya Rp 10.000/orang, 
buat kendaraan juga Rp 10.000. 






Setelah parkir kita disambut sama tugu dari bambu. Buat menjelajahi Dusun Bambu, pengelola menyediakan mobil wisata, gw sendiri sih prefer jalan kaki, gak jauh koq, udah gitu bisa lewatin jembatan bambu diatas sawah, lebih seru. Pluuus setelah 5 jam duduk, give my "back" a break lah, bisa kempes kalo kelamaan duduk.








Dengan area yang luas, konsep yang mateng (unik dan menarik), fasilitas cukup lengkap (mungkin kedepan akan ada banyak fasilitas baru karena luas lahan yang masih banyak belum digarap) kayanya Dusun Bambu bisa terkenal nih. Buat cari suasana yang desa, udara sejuk, pas deh disini :) dan tenang aja, walaupun namanya Dusun Bambu, pohon bambunya juga gak banyak koq, jadi ga suah takut.

Address: Jl. Kertawangi (Komplek Komando), Cisarua 40551, West Bandung, West Java
Phone:0812-8520-0838
                   
1400564956843073346

                  Padalarang pasti bukan sebuah nama yang asing bagi mereka yang sering pergi ke Bandung atau Jakarta melalui Puncak. Tetapi apa keistimewaan tempat tersebut? Yang terlihat hanya bukit-bukit kapur yang sudah mulai menipis karena ditambang untuk dijadikan marmer. Selain itu, jika melewati daerah tersebut, tidak jarang kita merasa kesal karena harus sabar mengemudi di belakang truk-truk yang penuh berisi bongkahan batu yang berjalan pelan, sehingga mengganggu perjalanan kita.
Ternyata di daerah tersebut ada sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Pawon. Gua ini terletak di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, dekat dengan Padalarang. Di belakang deretan penjual batu nisan dan marmer (jika dari Jakarta) kita bisa mengambil jalan ke kiri. Di mulut jalan itu terdapat gapura dengan tulisan Gua Pawon. Untuk mencapai gua kita masih harus berjalan terus sekitar 2 km hingga sampai ke sebuah tempat parkir yang cukup luas, dan gua itu terletak tidak jauh dari tempat parkir tersebut.

                   Setelah membayar tiket masuk, berjalanlah penulis dan beberapa teman ke gua tersebut. Ternyata bukan hanya kami yang saat itu mengunjungi gua tersebut, karena kami bertemu dengan tiga orang lain yang juga tertarik mengunjungi Gua Pawon. Kami pun akhirnya bergabung dengan kelompok tersebut. Dengan ditemani seorang pemandu, kami pun mulai memasuki gua.
Saat mendekati mulut gua, bau kotoran kelelawar menyengat hidung kami. Betul-betul membuat kepala ini menjadi pening. Untungnya salah satu bapak yang bersama kami membawa obat gosok dan mulailah kami mengoleskan obat gosok tersebut di hidung kami untuk mengalahkan bau kotoran kelelawar yang sangat kuat itu.

                    Keadaan gua tersebut tidak spektakuler, tapi cukup menarik. Gua tersebut terdiri dari ruangan-ruangan yang cukup besar. Sayang sekali stalagtit dan stalagmit yang ada di gua tersebut tidak terlalu banyak, bahkan ada yang sudah dipotong supaya tidak menghalangi jalan bagi pengunjung yang akan memasuki celah gua yang lain. Gua tersebut terdiri dari ruangan-ruangan yang cukup besar. Di bagian luar gua terdapat sebuah replika orang purba dalam posisi sedang meringkuk. Tempat itu dipagari agar tidak dirusak oleh tangan-tangan jahil pengunjung.
Setelah puas mengunjungi gua dan karena sudah tidak kuat lagi mencium kotoran kelelawar, kami memutuskan untuk keluar dari gua. Saat berbincang-bincang dengan pemandu setempat, kami mendapat informasi bahwa kami juga bisa pergi ke sebuah bukit yang berada tidak jauh dari tempat itu yang disebut gunung Masigit. Agar tidak penasaran, bersama dengan rombongan bapak-bapak yang juga tertarik untuk pergi bersama kami, pergilah kami ke sana dengan diantar oleh pemandu itu.

                     Jalan yang kami lewati cukup sempit, dan terkadang kami harus berpapasan dengan truk-truk besar yang membawa bongkahan-bongkahan batu kapur. Akhirnya kami sampailah kami di suatu tempat yang berada di belakang sebuah pabrik. Udara saat itu panas dan berdebu dan sepertinya tingkat polusinya cukup tinggi. Kami pun memarkir mobil kami di depan sebuah warung dan mulailah kami berjalan menuju gunung Masigit tersebut.
Kami mulai berjalan di bawah terik panas matahari. Kami harus menyibak rerumputan yang tumbuh tinggi. Di sana tidak banyak pepohonan tinggi yang melindungi kami dari panas matahari. Jalanan pun mulai mendaki. Setelah sampai di ketingian, kami baru bisa menikmati pemandangan yang ada di sekitar. Semakin tinggi kami mendaki semakin indah pemandangan yang ditawarkan.
Dari atas bukit tersebut kita bisa melihat kepulan asap dari pabrik yang menambang batu-batu kapur di kawasan itu. Kita juga bisa melihat hijaunya sawah yang ada di bawah. 
                          Perasaan senang bercampur sedih muncul pada saat itu. Senang karena kami beruntung dapat menikmati keindahan alam yang ada di sana, dan sedih karena kami tidak tahu sampai kapan batuan-batuan kapur tersebut akan masih bisa berdiri kokoh di situ?
sumber foto: pribadi
1400564898420629745 

                                                              Di dalam Gua Pawon


1400565178883519175

Bukit MokoBandung itu terkenal dengan ke eksotisan alamnya, menurut sejarah Bandung itu kaya kota Paris, maka dari itu kenapa Bandung disebut Paris Van Java. Bandung punya banyak spot spot yang menarik, salah satunya Bukit MOKO.

Gue mau share sama kalian tentang salah satu spot terkeren di Bandung. Tempat ini bisa memanjakan mata kita dengan pemandangan langsung kota Bandung. Tapi yang paling gue suka di tempat ini tuh pemandangan citylight Bandung pas malem hari soalnya romantis banget. Buat rute perjalanan ke sana emang agak sulit, buat yang belum pernah ke sana, tenang aja bakal gue share cara menuju tempat ini, arah ke Bukit MOKO itu masuk lewat jalan Padasuka, cicaheum (sama seperti arah mau masuk ke saung udjo) dari situ kalian ikutin jalan aja, sekitar 20menit dari jalan padasuka pertama masuk, nanti kalian bakal ngelewatin 4 gapura, nah disana juga ada tempat gitu namanya caringin tilu (Cartil) banyak warung makan disitu, tapi kalian jangan salah itu bukan Bukit MOKO, dari situ kalian masih terus ke atas sampe bener-bener di puncak gunung, nanti setelah kalian ngelewatin rumah penduduk di sebelah kiri ada jalan yang menanjak dan tulisan "Warung Daweung" kalian belok kiri, nah hati-hati juga buat yang pada bawa kendaraan, jalan dari belokan ini tuh buat laluin 1mobil sama 1 motor aja lumayan sempit da juga harus inget kalo habis hujan ini jalan licin luar biasa, karna gue pernah ngalamin susahnya kendaraan lewat jalan ini sehabis hujan, masalahnya jalannya bukan dari aspal tapi masih dari batu. Nah seudah kalian lewatin jalan yang extream ini kalian udah nyampe di warung daweung, daweung itu menurut orang sunda artinya "melamun" kenapa melamun? Karna kalo kalian diem di tempat ini kalian bakal betah buat ngeliat pemandangan yang top abis!

Bukit Moko

Di warung ini kalian bisa mesen makanan & minuman juga kok, ga perlu mahal-mahal cukup dari 7rb-30rb,
Tapi kalo kalian ga minat buat ngopi-ngopi disini biasanya kena biaya tempat sebesar 5rb/orang. Yang menurut gue unik dari tempat ini tuh ya cara mba-mba pramusaji yang manggil teriak-teriak nama orang yang mesennya contohnya gini "atas nama rossi" mungkin karna biar ga pusing juga ya nyari orang yang mesen dari banyaknya orang hahahahaha.
Sekedar info dari gue, untuk berkunjung kesini alangkah baiknya mengikuti peraturan yang telah dibuat oleh Warung Daweung, seperti jangan datang ke tempat ini selain jam 8 pagi sampai 12 malam, tidak boleh membawa makanan dan minuman dari luar, dan jangan terlalu berisik karena warung ini tidak jauh dari pemukiman warga, selain itu jangan lupa bawa jaket karena kalian akan berkunjung ke bukit tertinggi di Bandung biggrin

Bukit Moko

Pokonya ini tempat paling cocok buat kalian yang mau foto-foto sama temen, pacar, atau keluarga. Secara kalian bisa ngedapetin background fotonya langit ataupun kota bandung langsung. Buat yang belum pernah ke sana, gue sarananin kalian buruan dateng ke Bukit MOKO buat ngeliat indanya Bandung di atas langit!


Semula, Waduk Saguling direncanakan hanya untuk keperluan menghasilkan
tenaga listrik. Pada tahap pertama pembangkit tenaga listrik yang dipasang berkapasitas 700 MW, tetapi bila di kemudian hari ada peningkatan kebutuhan listrik pembangkit dapat ditingkatkan hingga mencapai 1.400 MW. Badan yang bertanggungjawab dalam pembangunannya adalah Proyek Induk Pembangkit Hidro (PIKITDRO) dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), Depatemen Pertambangan dan Energi (sekarang menjadiDepartemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan permasalahan lingkungan di daerah itu, Saguling ditata-ulang sebagai bendungan multiguna, termasuk untuk kegunaan pengembangan lain seperti perikanan, agri-akuakultur, pariwisata, dan lain-lain. Sekarang, waduk ini juga digunakan untuk kebutuhan lokal seperti mandi, mencuci, bahkan untuk membuang kotoran. Hal ini membuat Waduk Saguling kondisinya lebih mengkhawatirkan ketimbang Waduk Cirata dan Waduk Jatiluhur yang sudah dibangun lebih dahulu. Hal tersebut terjadi karena sebagai pintu pertama Sungai Citarum, di Saguling inilah semua kotoran "disaring" untuk pertama kali sebelum kemudian disaring kembali oleh Waduk Cirata dan terakhir oleh Waduk Jatiluhur.[2]

Daerah di sekitar Waduk Saguling berupa perbukitan, dengan banyak sumber air yang berkontribusi pada waduk. Hal tersebut membuat bentuk Waduk Saguling sangat tidak beraturan dengan banyak teluk. Daerah waduk ini asalnya adalah berupa daerah pertanian. Daerah perikanan dari waduk berhadapan dengan tekanan kuat dari populasi penduduk. Hal tersebut terjadi karena 50% dari populasi terdiri dari petani dengan tingkat pertumbuhan tinggi. Peningkatan populasi petani tersebut mengakibatkan berkurangnya lahan yang dapat diolah sehingga memaksa mereka mengembangkan lahan pertanian mereka dengan melakukan pembabatan hutan. Sebagai konsekuensinya, muncul masalah banjir dan longsor di musim hujan. Institut Ekologi di Bandung telah mempelajari hal ini sejak tahun 1978, terutama tentang kondisi dasar daerah ini dan pemantauan serta pengelolaan lingkungan untuk meningkatkan standar hidup penduduk.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan kawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di Kota Bandung, Indonesia. Luasnya mencapai 590 hektare membentang dari kawasan Dago Pakar sampai Maribaya. Letak Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda berada di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan, pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species. Pada tahun 1965 luas taman hutan raya baru sekitar 10 ha saja, namun saat ini sudah mencapai 590 ha membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya. Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Dinas Kehutanan Pemda Provinsi Jawa Barat (sebelumnya berada di bawah naungan Perum Perhutani).
Taman terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah Hindia-Belanda berbentuk hutan lindung dengan nama Hutan Lindung Gunung Pulosari. Perintisan taman ini mungkin sudah dilakukan sejak tahun 1912 bersamaan dengan pembangunan terowongan penyadapan aliran sungai Ci Kapundung (kemudian hari disebut sebagai Gua Belanda), namun peresmiannya sebagai hutan lindung baru dilakukan pada tahun 1922. Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 secara otomatis status kawasan hutan negara dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Djawatan Kehutanan. Kawasan hutan ini dirintis pembangunannya sejak tahun 1960 oleh Mashudi (Gubernur Jawa Barat) dan Ir. Sambas Wirakusumah yang pada waktu itu menjabat sebagai Administratur Bandung Utara merangkap Direktur Akademi Ilmu Kehutanan, dan mendapat dukungan dari Ismail Saleh (Menteri Kehakiman) dan Soejarwo (Dirjen Kehutanan Departemen Pertanian).

Pada tahun 1963 sebagian kawasan hutan lindung tersebut mulai dipersiapkan sebagai Hutan Wisata dan Kebun Raya. Tahun 1963 pada waktu meninggalnya Ir. R. Djoeanda Kartawidjaja (Ir. H. Djuanda) , maka Hutan Lindung tersebut diabadikan namanya menjadi Kebun Raya Rekreasi Ir. H. Djuanda untuk mengenang jasa-jasanya dan waktu itu pula jalan Dago dinamakan jalan Ir. H. Djuanda. Untuk tujuan tersebut, kawasan tersebut mulai ditanami dengan tanaman koleksi pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah. Kerjasama pembangunan Kebun Raya Hutan Rekreasi tersebut melibatkan Botanical Garden Bogor (Kebun Raya Bogor) , dengan menanam koleksi tanaman dari di Bogor. Pada tanggal 23 Agustus 1965 diresmikan oleh Gubernur Mashudi sebagai Kebun Raya Hutan Rekreasi Ir. H. Djuanda yang kemudian menjadi embrio Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang dikelola oleh Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi Jawa Barat). Tahun 1978 pengelolaan dari Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi Jawa Barat) diserahkan ke Perum Perhutani Jawa Barat.

Pada tahun 1980 Kebun Raya/Hutan Wisata yang merupakan bagian dari komplek Hutan Gunung Pulosari ini ditetapkan sebagai taman wisata, yaitu Taman Wisata Curug Dago seluas 590 ha yang ditetapkan oleh SK. Menteri Pertanian Nomor : 575/Kpts/Um/8/1980 tanggal 6 Agustus 1980. Pada tahun 1985, Mashudi dan Ismail Saleh sebagai pribadi dan Soedjarwo selaku Menteri Kehutanan mengusulkan untuk mengubah status Taman Wisata Curug Dago menjadi Taman Hutan Raya. Usulan tersebut kemudian diterima Presiden Soeharto yang kemudian dikukuhkan melalui Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1985 tertanggal 12 Januari 1985. Peresmian Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dilakukan pada tanggal 14 Januari 1985 yang bertepatan dengan hari kelahiran Ir. H. Djuanda. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai Taman Hutan Raya pertama di Indonesia.

Forest Park Ir. H. Juanda is the integrated conservation of natural secondary forest plantations located in Bandung, Indonesia. The extent of 590 hectares stretching from the Dago Pakar to Maribaya. Location of Forest Park Ir. H. Expert Village is Djuanda, Ciburial Village, District Cimenyan, at an altitude of 770 masl to 1330 masl. In the fertile soil there are approximately 2500 species of plants consisting of 40 families and 112 species. In 1965 the forest area of the park about 10 ha of new highways, but now has reached 590 hectares stretching from the experts to Maribaya. Currently managed by the Forest Service Regional Government of West Java Province (previously under the auspices of Perhutanioffice).
Largest park ever built by the Dutch East Indies government in the form of protected forests as protected forests of Mount pulosari. Planting the garden may have been conducted since 1912 in conjunction with the construction of a tunnel intercepts the flow of the river Ci Kapundung (later known as the Cave of the Netherlands), but opening a new protected forest made in 1922. Since the independence of the Republic of Indonesia on August 17, 1945 is automatically the status of state forest land managed by the Government of the Republic of Indonesia through Djawatan Forestry. Forest area was pioneered its development since 1960 by Mashudi (Governor of West Java), and Ir. Sambas Wirakusumah which at that time served as Administrator of the North London and concurrently Director of the Academy of Forestry Sciences, and received support from Ismail Saleh (Minister of Justice) and Soejarwo (Director General of Forestry Department of Agriculture).

In 1963 most of the protected forest area began to be prepared for Tourism Forest and Botanical Garden. In 1963 at the death of Ir. R. Djoeanda Kartawidjaja (Ir. H. Juanda), the Forest Preserve is immortalized his name to the Botanical Gardens Recreation Ir. H. Djuanda to commemorate his services and then also the street named Dago street Ir. H. Djuanda. To that end, the region began to be planted with trees of a collection of plants from different regions. Development cooperation Forest Botanical Garden Botanical Garden Recreation involves Bogor (Bogor Botanical Gardens), by planting a collection of plants in Bogor. On August 23, 1965 inaugurated by the Governor as the Botanical Gardens Mashudi Forest Recreation Ir. H. Djuanda which later became Forest Park embryo Ir. H. Djuanda managed by the Forest Service (formerly the Forestry Djawatan West Java). In 1978 the management of the Forest Service (formerly the Forestry Djawatan West Java) Perhutanioffice submitted to West Java.

In 1980 the Botanic Gardens / Forest Holidays is part of the complex pulosari Mount Forest was designated a park, the Park area of 590 ha Dago waterfall set by decree. Minister of Agriculture No. 575/Kpts/Um/8/1980 dated August 6, 1980. In 1985, Saleh Ismail Mashudi and as a person and Soedjarwo as the Minister of Forestry proposes to change the status of Park Dago waterfall into Forest Park. The proposal was then accepted President Suharto, who later confirmed by Presidential Decree. 3 of 1985 dated January 12, 1985. Inauguration of the Forest Park Ir. H. Juanda held on January 14, 1985 to coincide with the birthday of Ir. H. Djuanda. Forest Park Ir. H. Juanda Forest Park as the first in Indonesia.
Bandung memiliki banyak wisata alam yang sangat luar biasa. Ternyata Bandung memiliki wisata alam gua, yaitu Gua Pawon dan wisata Stone Garden. Gua Pawon merupakan gua yang terbentuk pada zaman purba. Gua ini digunakan oleh manusia purba sebagai tempat berlindung. Dan uniknya di atas Gua Pawon terdapat hamparan bebatuan yang sangat indah dengan pemandangan luar biasa dikenal dengan nama Stone Garden – Taman Batu. Tidak kalah indah dengan wisata alam Tangkuban Perahu, Kawah Putih Ciwidey, dan Situ Patengan merupakan kawasan wisata alam yang sering dikunjungi oleh banyak wisatawan lokal maupun mancanegara.

Perjalanan Menuju Gua Pawon

Stone Garden terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan CIPATAT Kabupaten Bandung Barat dengan memakan waktu tempuh 1 – 2 jam dari pusat kota Bandung. Jika menggunakan mobil dan perjalanan melewati jalan tol akan memakan kurang dari 1 jam jika dalam kondisi tidak macet. Kemaren kebetulan gw dan temen-temen naik motor beriringan hanya memakan waktu 1 jam dengan jarak 38,7 km. Sangat disarankan untuk berangkat di pagi hari, selain bisa menghirup udara segar di sepanjang perjalanan, pemandangan di lokasi wisata Stone Garden lebih bagus dan cuacanya tidak terlalu panas.
rute stone garden

Sepenggal Sejarah Stone Garden

Sedikit cerita mengenai sejarah dari Stone Garden, mengapa terdapat bebatuan dengan seperti itu? Berbeda dengan tekstur batu batu yang biasanya. Taman Batu merupakan saksi bisu terbentuknya Danau Bandung Purba pada zaman purbakala. Letaknya tepat di atas Gua Pawon. Gua Pawon sendiri di dalamnya terdapat fosil-fosil manusia purba dalam posisi berjongkok atau seperti orang kedinginan. Kalau beruntung temen-temen akan menemukan batu berlubang-lubang, batu tersebut merupakan batu yang terbentuk dari fosil kerang laut. Loh loh? Kok ada fosil kerang laut di daerah pegunungan ini? Hmm.. Jadi bingung. Awalnya gw juga sempet ngga percaya, ketika temen gw cerita bahwa dahulunya daerah ini merupakan lautan dangkal. Wow, bisaa yaaa.. Apa yang ngga bisa dengan Kuasa Allah? Elaaahh.. Yap, dulunya daerah sekitar Gua Pawon, Stone Gardenhingga saya belum tahu sampai radius berapa merupakan lautan dangkal. Karena terjadi gempa bumi yang sangat dahsyat mengakibatkan permukaan bumi bergerak tidak beraturan dan wilayah Gua Pawon pun terangkat hingga muncul ke permukaan air dan mencapai setinggi ini. Bayangin gempa bumi nya kek gimana kalau sampe terjadi sekarang sekarang ini! (Intermezzo)
Ada cerita seru lagi nih, apa kaitannya Gua Pawon, Stone Garden dan Sungai Citarum? Hmm.. Apa yaaa.. Sungai Citarum merupakan sungai yang sudah ada sejak zaman prasejarah, dan menjadi sungai terbesar di kawasan Bandung. Sungai Citarum merupakan sungai zaman pra sejarah, sebagai pemasok air terbesar hingga terbentuknya Danau Bandung Purba. Setelah Danau Bandung Purba surut karena faktor peristiwa alam, yang diindikasikan air masuk melalui lubang di Sanghyang Tikoro, maka Danau Bandung Purba surut dan menyisakan cekungan besar yang saat ini dikenal dengan kota Bandung.

Perjalanan Mendaki ke Stone Garden

Eh kalau mau masuk ke kawasan Goa Pawon dan wisata Stone Garden, ketika sudah sampai Desa Citatah, di sepanjang jalan banyak yang jualan batu alam, lihatlah di kanan jalan (arah dari bandung) terdapat Gapura “Selamat Datang” ke Goa Pawon. Masuk saja terus dan jangan lupa ngikutin petunjuknya. Tempat parkir Goa Pawon sudah dipaving dan cukup luas, jadi jangan khawatir kalau tempatnya jelek. Yang agak jelek itu adalah jalan ke Stone Garden nya. Eh iyaa, tiket masuk ke Goa Pawon seharga Rp 5.500,00.
Dari tempat parkiran Goa Pawon akan terlihat jalan berpaving dan jalan setapak ke arah atas goa pawon. Jalan berpaving merupakan jalan untuk menuju Goa Pawon yang penuh dikelilingi monyet. Nah, kalau mau ke Stone Garden kita akan menyusuri jalan setapak. Sangat disarankan memakai sepatu kets karena sering kali jalanan licin dan terjal. Tingkat kemiringan jalan sekitar 45o. Wih agak curam juga yaa! Jarak yang ditempuh sekitar 1km dari parkiran, setelah kira kira 500 m, temen temen akan menemukan gubuk gubuk kecil tempat peristirahatan dan orang setempat yang berjualan. Tempat ini dulunya hanya satu gubuk doank (melihat gambar dari blog orang), setelah kemaren ke sana gubuknya bertambah banyak. Bagi yang merasa capek, bisa beristirahat sebentar di situ, atau sekedar ingin membeli makanan. Dari situ akan ada persimpangan jalan, maka ambillah jalan ke kiri untuk mencapai puncak Stone Garden. Sebelum memasuki kawasan Stone Garden, akan dikenakan biaya lagi (ngisi kas kata mas”nya disana) cuman Rp 3.000,00. Abis itu naek aja, ikutin jalan setelah pos mas”nya tadi, sekitar 500 m temen temen akan sampai ke lokasi.

Lokasi Menawan Stone Garden

Sesampainya di lokasi temen temen akan melihat indahnya pemandangan yang disuguhkan. Batu-batu yang tersusun rapi, ada yang tersusun berantakan, tetapi masih membentuk suatu koloni bebatuan yang indah. Seperti yang dikatakan di awal, coba saja melihat tekstur bebatuan yang ada di sana, pasti berbeda dengan bebatuan yang sering kita temui. Ada yang berlubang lubang yang berasal dari fosil kerang laut. Di tengah wisata Stone Garden terdapat satu gubuk yang berfungsi untuk tempat peristirahatan, namun di atas sini tidak ada orang yang berjualan sama sekali. Jadi bawalah peralatan perang seperti minum dari rumah.
stone garden
Keindahan Pemandangan wisata Stone Garden ini tiada duanya selama saya berkunjung tempat wisata alam di Bandung. Namun sayang dari tampak kejauhan terlihat eksploitasi batu gamping yang tidak terkontrol. Perbukitan tinggi, atau bahkan gunung hanya menyisakan separo bagiannya, dan sisanya telah digerus oleh mesin-mesin para penambang batu. Asap asap hitam keluar dari cerobong cerobong asap pabrik tempat eksploitasi batu. Ya memang daerah Citatah memiliki potensi yang besar dengan kekayaan alamnya terlebih lagi sumber daya alam kapur dan bebatuan lainnya seperti marmer. Hal ini bisa terjadi karena melihat history dari daerah ini dulunya merupakan laut dangkal. Truk truk pengangkut bongkahan batu berlalu lalang di jalan utama desa Citatah. Apakah eksploitasi ini memiliki izin resmi atau tidak, gw juga kurang paham. Yang jelas dengan adanya aktivitas ini setidaknya dapat membantu perekonomian desa Citatah dan sekitarnya. Gw berharap eksploitasi bongkahan batu di gunung-gunung sekitar desa Citatah tidak hanya mengejar produksi per hari, tetapi juga memperhatikan keadaan lingkungan sekitar akibat dari eksploitasi ini.
Untuk yang mau ke tempat wisata Goa Pawon dan wisata Stone Garden sangat disarankan membawa perbekalan dari rumah, seperti makan besar (jika mau), minum air putih karena di sana hanya terdapat warung warung kecil yang menjajakan jajanan kecil dan minuman.
Sekilas tentang Goa Pawon, gw pribadi kemaren sempet mau masuk ke sana setelah mendaki keStone Garden. Setelah berjalan sampai depan mulut Goa, tercium bau semerbak wangi kotoran monyet. Ternyata itu adalah bau kotoran kelelawar yang berada di dalam gua, kami salah mengiranya. Karena tidak tahan dan temen-temen memutuskan untuk pulang, ya kita mengurungkan niat untuk masuk eksplorasi ke dalamnya.
Salam hangat
Masbobs


De Ranch
De Ranch
De Ranch merupakan salah satu tempat wisata di Lembang yang terkenal dengan keunikannya. Apa yang membuatnya unik?
De Ranch menawarkan suasana yang berbeda dari tempat wisata pada umumnya, De Ranch menawarkan suasana peternakan kuda ala koboi Amerika yang sulit ditemukan di tempat lain di Indonesia. Dengan udara yang sejuk, lahan yang hijau dan luas, aneka permainan menyenangkan, makanan enak, pusat oleh-oleh, dan fasilitas lengkap De Ranch sangat cocok untuk wisata keluarga, terutama yang mempunyai anak kecil.
peta De Ranch
peta De Ranch
De Ranch Lembang yang bertujuan menyediakan tempat aktifitas yang menyenangkan bagi keluarga berlokasi di Jalan Maribaya No. 17, Lembang, Bandung, kurang lebih 200 meter dari pertigaan pasar Lembang. De Ranch sering kali ramai dikunjungi wisatawan dari Jakarta, Bandung, dan sekitarnya terutama pada akhir pekan sehingga tidak perlu heran jika anda melihat antrian masuk yang panjang. Namun walau ramai, tidak perlu kuatir kesulitan mendapatkan tempat parkir kendaraan karena halaman parkir yang tersedia cukup luas untuk menampung seluruh kendaraan pengunjung.

Sejarah De Ranch:

De Ranch
De Ranch
De Ranch pada awalnya tidak dibuat untuk tempat wisata seperti sekarang ini. Dulunya, De Ranch adalah sebuah tempat pemeliharaan dan pengembangbiakan kuda tunggang dan sapir perah. Namun karena memiliki potensi wisata yang unik, dibukalah De Ranch pada bulan Desember tahun 2007, dengan konsep wisata kuda ala koboi yang menyenangkan dan edukatif.

Jenis Permainan dan Harganya di De Ranch Lembang:

  • Delman 30,000 Rupiah
  • Kuda Tunggang 25,000 Rupiah
  • Triker 25,000 Rupiah
  • The Gold Hunter 20,000 Rupiah
  • Kuda Poni 25,000 Rupiah
  • Kolam Pancing 20,000 Rupiah
  • Fun Boat 20,000 Rupiah
  • Balon Air 20,000 Rupiah
  • Flying Fox 20,000 Rupiah
  • Sepeda Balita 20,000 Rupiah
  • Sepeda Track 20,000 Rupiah
  • Tangkap Ikan 20,000 Rupiah
  • Mancing Anak 20,000 Rupiah
  • Loncat Anak 20,000 Rupiah
  • Panahan 20,000 Rupiah
  • Trampolin 20,000 Rupiah
  • Pony Kidz 20,000 Rupiah
  • Kidtrik 20,000 Rupiah
  • Kolam Indian Totem Web 20,000 Rupiah
  • Kuda Ayun 20,000 Rupiah
  • Peti Luncur 15,000 Rupiah
  • Riding Out 200,000 Rupiah
  • Delman Luar 40,000 Rupiah
bola air De Ranch
bola air De Ranch

Selain Berbagai Jenis Permainan, De Ranch Juga Mempunyai Fasilias Berikut:

  • Factory outlet yang menyediakan kerajinan khas De Ranch, oleh-oleh, dan juga pakaian bergaya koboi.
  • Restoran yang menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman, menu yang paling terkenal adalah sosis bakar khas De Ranch
  • Pasar tanaman yang menyediakan berbagai jenis tanaman hias
  • Toko oleh-oleh dan jajanan khas Lembang
  • Kursus menunggang kuda
  • Kursus merawat kuda
  • Kursus kusir kereta kuda
  • Kursus memasak kue khas De Ranch
  • Kursus memerah sapi